Sabtu, 01 Maret 2008

Betapa Dekatnya Kita dengan Maut

Ledakan yang terjadi di Hotel J.W. Marriott tanggal 5 Agustus 2003 membawa
arti lain buat saya. Suami saya bekerja disana dan saat ledakan terjadi dia dan beberapa. Rekannya berada di lantai 12, memeriksa kamar dan setelah menelpon temannya, bersiap-siap turun ke lantai dasar untuk makan siang.
Baru gagang telepon ditutup, terdengar bunyi ledakan yang sangat keras,
suami saya mengatakan bahwa kupingnya "budeg" selama hampir 5 menit,
atap-atap hotel bergeser, kaca-kaca pecah dan lampu-lampu padam.

Beberapa orang temannya panik dan sambil berteriak " Ada apa Pak ? Ada apa
Pak ? " Suami saya langsung menyadari bahwa bunyi sekeras tadi pastilah
bom, suami saya langsung berteriak " BOM, cepat kamu semua turun, turun ....
tinggalkan troleynya ... cepat turun !". Suami saya langsung menggedor
pintu-pintu kamar hotel dan menyuruh seluruh tamu untuk turun lewat tangga
darurat.

Sesampainya dibawah, ruangan sudah gelap dengan asap dan bau bubuk
mesiu/belerang tercium dimana-mana. Rasa haru dan tangis menyeruak,
sesama teman saling merangkul dan berpelukan, termasuk GM J.W. Marriott memeluk beberapa karyawannya sambil menangis dan mengatakan " Betapa
menyedihkannya keadaan ini "

Ketika bom meledak di J.W. Marriott saya sama sekali tidak tahu karena
kebetulan di kantor saya tidak ada televisi dan saya tidak menyetel radio.
Tiba-tiba handphone saya berbunyi dan suami saya berkata " Hotel saya di
bom, sekarang saya sedang lari lewat tangga darurat, saya tidak apa-apa !"

Sungguh suatu perasaan bercampur aduk dalam hati saya, antara rasa panik
Dan takut, rasa syukur karena suami saya selamat, rasa prihatin, semua rasanya
bergejolak dalam hati saya. Saya sama sekali tidak mendapat bayangan
seperti apa keadaan hotel tempat suami saya bekerja.
Beberapa kali kami saling berhubungan lewat handphone, suami saya
Mengatakan bahwa dia masih harus menolong orang-orang yang berada di dalam hotel. Entah berapa kali suami saya turun naik tangga darurat mengantarkan tamu hotel dan rekan kerjanya dari dalam gedung ke lapangan rumput di depan hotel.

Beberapa teman kami pun menelpon ke rumah dan ke handphone. Pembantu di rumah saya sudah menangis dan menelpon saya : "Bapak bagaimana, Bu ? Ibu
sudah telepon ? Benar Ibu sudah bicara sama Bapak, ngomong langsung ?"

--------------
Ada hikmah yang saya ambil dari pengalaman ini, suatu hasil perenungan
Yang mendalam :
"BETAPA DEKATNYA KITA DENGAN MAUT" - "BETAPA BERHARGANYA SAAT-SAAT KITA BERSAMA DENGAN ORANG YANG KITA SAYANGI"

Kadang-kadang dalam rumah tangga, seringkali suami istri ribut terus dan
cekcok, tidak ada kekompakan dan kebersamaan lagi. Saya hanya ingin
mengingatkan saja bagi pembaca yang telah berkeluarga :
"Hargailah waktu yang ada, hiduplah rukun dengan pasangan kita karena
sebenarnya kita tidak tahu apa yang ada didepan kita dan bagaimana caranya kita mengakhiri perjalanan hidup kita, supaya dikemudian hari tidak ada rasa penyesalan dalam hati kita"

Turut berduka cita atas korban meninggal dan korban luka Hotel J.W.
Marriott.

Salam,
Istri yang bersyukur karena Tuhan masih menyayangi keluarga kami.

1 komentar:

sinauonline mengatakan...

Bagi anda yang ingin gratis mendapatkan info beasiswa,lowongan kerja freshgraduted maupun berpengalaman (Telkomsel,XL,Indosat,Telkom,Pertamina dbs) materi jaringan komputer,cisco,seluler,gsm,cdma dsb anda bisa klik link ini (http://sinauonline.50webs.com)