Gilang Ramadhan Akbar adalah nama yang anakku yang lahir tepat pada saat umat islam merayakan kemenangan setelah berpuasa sebulan penuh yaitu hari raya Idhul Fitri 1409 H atau tanggal 17 Mei 1988. Dan anak yang ketika meninggal menimbulkan duka yang hebat bagi saya dan keluarga. Salah satu duka yang sangat saya kenang ialah ketika Gilang saya hardik dan menamparnya sekali, karena tidak bersedia sekolah diluar kota.. Sebuah keputusan yang sangat menganggu batin saya kemudian dan keputusan yang amat saya sesali. Sebuah luka yang membuat saya berjanji, akan lebih sabar bagi anak-anak di hari ini tulisan ini tidak akan membongkar kesedihannya kembali. Tapi jika saya rela duka cita itu saya ingatkan kembali, setidaknya akan bertambah lagi daftar orang tua yang tidak akan begitu saja menghardik dan menampar anak-anak jika tidak melaksanakan perintah orang tuanya.
Betapa Gilang selalu ingin bercengkerama serta selalu ingin dekat dengan orang tuanya. Ketika saya tahu Gilang meninggal muda, saya menjadi sadar inilah hikmah mengapa dia begitu berani menolak kehendak saya, sebab selama ini ia dikenal anak yang sangat patuh pada orang tuanya, Disinilah peran orang tua terhadap anaknya, kita butuh berempati atas deritanya. Menghibur hatinya. Ketika ia butuh bermain, ia ingin kita menjadi teman sebayanya. Ketika ia bicara ia butuh kita untuk mendengarnya. Ketika ia melucu kita diperlukan untuk tertawa. Ketika ia mengadu kita diminta membelanya, ketika ia kolokan kita harus memanjakannya, ketika ia pamer kehebatan, kita harus memujanya.
Anak-anak adalah raja di rumah kita. Ia tidak bisa menjadi nomor dua. Dan ketika kita, orang tua ini gagal jadi rakyatnya, gagal jadi hamba sahaya, ia akan menjadi anak yang terluka. Luka yang ia bawa hingga ke sekujur hidupnya dan akan menentukan mutu hidup dan matinya. Tapi betapa berat untuk menjadi hamba sahaya bagi anak-anak kita karena kita sendiri juga adalah anak-anak dalam bentuk yang berbeda. Kita dan pekerjaan, adalah anak-anak dan kegelapan. Ketakutan kita akan kegagalan di masa depan,
Ketika masa depan itu benar-benar datang, anak-anak telah kepalang kehilangan masa kekanakannya. Ia telah menjadi pribadi yang kepalang luka dan tak bisa menarik waktu kanak-kanaknya kembali, di hari ini : anak-anak kita dan masa kanak-kanak mereka, cukup luangkah waktu kita untuk sekedar menyapa mereka ???, jika anda berjauhan dengan mereka, luangkan waktu secara rutin walaupun hanya dengan melaui telepon.
Kamis, 01 Maret 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar