Jika kita tengok kanan kiri pasti akan menyaksikan betapa banyak orang yang mendapat cobaan, dan betapa banyaknya orang yang sedang tertimpa bencana? Jika ditelusuri, disetiap rumah pasti ada yang merintih, dan setiap pipi pasti pernah basah oleh air mata.
Sungguh, betapa banyak penderitaan yang terjadi, dan betapa banyak pula orang-orang sabar menghadapinya. Maka Aku bukan hanya satu-satunya orang yang mendapat cobaan. Bahkan mungkin saja penderitaan dan cobaan saya tidak seberapa bila dibandingkan dengan cobaan orang lain.
Berapa banyak di dunia ini orang berbaring sakit diatas ranjang selama bertahun-tahun dan hanya mampu membolak-balikkan badannya, lalu merintih kesakitan.
Berapa banyak orang dipenjara selama bertahun-tahun tanpa pernah dapat melihat cahaya matahari sekalipun, dan ia hanya mengenal jeruji-jeruji selnya.
Berapa banyak orang tua yang harus kehilangan buah hatinya, baik yang masih belia dan lucu-lucunya, atau yang sudah remaja dan penuh harapan {seperti aku ini kehilangan anakku Gilang (16 th /SMA kelas II) yang menjadi harapan keluarga, apa lagi pada saat terakhir meninggalkan kenangan yang amat mendalam, pagi itu sesaat sebelum peristiwa memilukan terjadi, kakaknya Bram tidak seperti biasanya diminta oleh Gilang untuk menyanyikan lagu “Ku Tak Bisa” dari Slank … seolah Gilang mengisyaratkan pada ketidakberdayaan terhadap takdirNYA … diluar batas kesadarannya .. pekiklah salah satu baitnya … “Ku Tak bisa jauh darimu …..” jika aku mendengar rintihan dan pekikan itu, ingin juga aku menjawabnya ….. “ Ayah dan Ibu juga begitu Yang ! …. Ku Tak Bisa Jauh Dengan mu…. Nak !”} Allahhu Akbar !
Kini sudah tiba waktuku untuk memandang diri ini mulia bersama mereka yang terkena musibah dan mendapat cobaan, Sudah tiba pula waktuku untuk menyadari bahwasanya kehidupan di dunia ini merupakan penjara bagi orang-orang mukmin dan tempat kesusahan dan cobaan.
Sebaiknya aku mempersiapkan diri sebagaimana seekor unta berpengalaman yang akan mengiringiku menyeberangi padang Sahara. Jika dibandingan penderitaan ini dengan penderitaan orang-orang di sekitar dan orang-orang sebelum aku, maka aku sadar bahwa aku sebenarnya masih beruntung dibandingkan mereka, puji syukur kepada Allah atas semua kebaikkan-NYA, bersyukur kepada-NYA atas semua yang diberikan kepadaku, aku harus sabar atas semua yang diambil-NYA dan meyakinkan diriku kemulyaan bersama-sama orang-orang yang menderita disekitarku.
Banyak suri tauladan Rasulullah SAW yang perlu kita contoh. Syahdan, beliau pernah dilempar kotran unta oleh orang-orang kafir Mekkah, kedua kakinya dicederai dan wajahnya mereka lukai. Dipukul gerahamnya hingga retak, dicemarkan kehormatan istrinya, tujuh puluh sahabatnya terbunuh, dan seorang putera serta sebagian besar putrinya meninggal dunia pada saat beliau sedang senang-senangnya membelai mereka. Bahkan, karena terlalu laparnya, beliau pernah mengikatkan batu di perutnya untuk menahan lapar.
Beliau pernah pula dituduh sebagai seorang penyair (bukan penyampai wahyu Allah), dukun, orang gila dan pembohong. Namun Allah melindunginya dari semua itu. Dan semua hal tadi merupakan cobaan yang harus beliau hadapi dan penyucian jiwa yang tiada tara dan tandingannya.
Sebelum itu, Nabi Zakaria dibunuh oleh kaumnya, Nabi Yahya dijagal, Nabi Musa diusir dan dikejar-kejar, dan nabi Ibrahim dibakar. Cobaan-cobaan itu juga menimpa para khalifah dan pemimpin kita; Umar r.a. dilumuri dengan darahnya sendiri, Ustman dibunuh diam-diam, dan Ali ditikam dari belakang. Dan masih banyak lagi para pemimpin kita yang juga harus menerima punggungnya penuh luka bekas cambukan, dijebloskan ke dalam penjara, dan juga di buang dinegeri lain.
{Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu ? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan).}
(QS. Al-Baqarah: 214)
Kamis, 01 Maret 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar